Floweria Aluna Zara, Birth Story
H+1 Jum’at 23 Agustus 2019
Hari ini sehari pasca aku melahirkan baby ku secara normal
Kalau inget rasa sakitnya kontraksi, ya ampun pengen buang jauh dan ga pengen ulangin lagi. Tapi, cerita tentang melahirkan ga melulu soal sakitnya kan? Hehe
Berawal dari Jadwal ujian Dinas di Kantor yang mepet banget sama HPL ku yaitu 22 Agustus, aku ujian ODP tanggal 21 Agustus. Sengaja request karena aku kenal sama orang SDM nya dan minta jadwal ujian jangan diatas tanggal 22. (Etapi tanggal 21 ujiannya tu, yah seenggaknya masih sehari sebelum 🙄)
Karena tanggal 20 aku mesti belajar ditambah sedang flu berat, jadi jadwal kontrol dokter aku ganti tanggal 21 Agustus mumpung dokter yang biasa aku kunjungin, dr Ardian dari RSIA Soerya Sidoarjo masih ada jadwal. Sore sepulang kerja masih sempet masak dan makan, baru ke RS sekitar jam 7 malam abis Isya’
Pas udah konsultasi, taunya air ketubanku udah tinggal dikit volumenya. Kalau menurut Dokter ini sudah melebihi HPL dimana batas HPL dokter ternyata 19 Agustus, sedangkan aku mantaunya cuma dari Aplikasi Flo yang itung jadwalnya by Kalender. Sedangkan dokter dari perkiraan awal saat periksa kehamilan (ukuran janin dan kantong saat USG)
Nah air ketuban ini volume normalnya 10-20 (ga tau dalam satuan apa). Dan seminggu sebelumnya aku masih diangka 14. Beda saat ini yang tiba-tiba kok volumenya jadi 8. Akhirnya aku dirujuk untuk rekam jantung bayi. Setelah rekam jantung bayi, cek tensiku, dan sepertinya semuanya normal, akhirnya malam itu juga aku diputuskan untuk Induksi, jadi bayi harus segera dilahirkan. Induksiku pake obat hisap atau apalah namanya, yang berupa serbuk dan ditaruh dibawah lidah. Ini induksi dengan dosis paling ringan. Selama 15 menit obat ini aku biarkan ada dibawah lidah sesuai perintah bidan yang menangangi di rumah sakit. Setelah itu dokter Ardian datang dan cek jalan lahir, ternyata leher rahim sudah melunak jadi sebenernya sudah siap untuk melahirkan secara normal.
Aku diantar menuju ruang perawatan yang sudah disiapkan. Hanya sebelahan dengan ruang rekam jantung. Disitu aku disuruh nunggu reaksi induksinya selama 6 jam. Jadi mulai jam 22.00, dan akan dievaluasi lagi jam 04.00 keesokan harinya. Suamiku pulang ambil tas yang udah aku packing dua minggu sebelumbya, isinya barang kebutuhanku dan kebutuhan bayi selama persalinan. Isinya macam2 sih, kalau aku ya standar baju daster untuk yang berhijab, baju dalam, pembalut untuk persiapan nifas, kosmetik dan skincare. Dan yang paling penting kebutuhan untuk bayinya sih, walaupun disiapkan dari RS tapi kita tetap perlu menyiapkan sekitar 3 pasang baju, alat pumping (walaupun asi di 3 hari pertama masih keluar setetes dua tetes ga apa2 buat massage dan mengosongkan payudara), alat mandi bayi lengkap sama lotion dan minyak telon, popok, handuk, dan bedong.
Dikamar aku hanya tiduran karena 6 jam waktu yang cukup lama, aku pengen tidur karena disarankan juga sama bidan biar besoknya ada tenaga. Tapi ternyata obat induksinya udah bereaksi, jadi ada rasa ga nyaman di perut yang membuatku ga bisa tidur. Sakitnya masih bisa ditahan tapi instens dari yang tadinya hanya setengah jam sekali, lama-lama jadi 10 menit sekali. Suami juga ga bisa tidur karena mesti nungguin dan mijitin punggungku. Waktu terasa lama, karena selalu kebangun-bangun tiap jamnya. Dan pas jam 04.00, bidan datang evaluasi pembukaan. Ternyata sudah bukaan 3. Aku seneng dong karena udah lumayan kan bukaan 3 tu, siap-siap ketemu bayi deh. Walaupun ni, aku paling kesel kalau dicek pembukaan, yang hamil bakal tau deh hehe karena dicek jalan lahir pake tangan kan ga nyaman.
Setelah jam 04.00 sampe sekitar jam 07.30 aku diminta menunggu lagi. Setelah sarapan, nanti akan dievaluasi. Mulai jam 06.00 mulesnya udah lumayan sakit, lebih sakit dari datang bulan. Jam 7.30 sarapan datang dan ga lama kemudian bidan cek bukaan lagi. Baru bukaan 4-5 dong. Agak sedih karena bukaannya lambat banget sedangkan rasa mulesnya udah mulai menyiksa banget. Bolak balik turun dari kasur ke lantai, bolak balik badan, sampe akhirnya tiduran di lantai. Suami terus bacain Istigfar dan bacain dzikir juga, aku hanya bisa ikutin sedikit2 karena beneran sakit gitu kontraksinya.
Ditengah sakitnya kontraksi, jam 10.00 suamiku mesti menjemput ibu mertua yang mau dateng ke rumah sakit. Aku iyakan untuk ditinggal sebentar. Saat mengalami mules2 yang intervalnya udah tiap lima menit ( 2 menit istirahat, 3 menit mules ) bidan datang untuk cek bukaan. Tiap cek bukaan ini yang bikin aku ga seneng, udah lah perut sakit ditambah mesti cek bukaan lagi. Alhamdulillah udah bukaan 7. Dan aku diantar ke ruang bersalin. Di ruang bersalin aku disiapkan berbagai peralatannya, dari cek detak jantung bayi, tekanan darah, dan obat-obatan. Disitu suami datang bareng ibu mertua. Dibantu pijit punggung dan membantuku menahan kontraksi. Tiap kontraksi aku usahakan duduk dan menggerak-gerakkan kaki dan panggul untuk mengurangi rasa sakit.
Jam 11.00 atau setengah dua belas kali ya? Aku dicek bukaan, kali ini badan udah lemes cuma bisa pasrah. Bukaan 8-9 alhamdulillah berarti dikit lagi menuju persalinan normal. Karena sejujurnya sejak jam 8 pagi masih bukaan 4, rasanya dah kayak mau nyerah dan kepikiran buat pengen caesar aja. Tapi untungnya hanya ada dipikiranku, ga sampe aku ucapin.
Sekitar jam 12 siang, dokter datang. Dokter Ardian emang udah standby dari pagi, dan dateng kemudian bilang untuk kasih infus karena kondisiku lemah dan dehidrasi. Infus dipasang tanpa ada rasa gimana2 krn sakitnya kontraksi dah nutupin semua. Ini pertama kalinya aku diinfus dan setelah infus berjalan mataku tiba-tiba tampak segar. Ada suntikan induksi tambahan 1,5 ampoule dan tiba-tiba aku pengen mengejan. Aku merasa ada yang merembes kenceng kemudian dicek itu adalah air ketuban. Perasaan pengen mengejan ga bisa ditahan lagi, kemudian bidan mengarahkan cara mengejan yang bener. Katanya ga boleh bersuara dan rasa sakitnya dikumpulin dulu baru mengejan. Gitu deh. Aku ikutin instruksinya walaupun bersusah payah, akhirnya lahirlah anak perempuan pertamaku Floweria Aluna Zara
0 komentar