Visit Lulu Lutfi Labibi Studio (Lurik Designer), Kotagedhe Yogyakarta & Ke Kafe Unik di Bantul



Berbicara soal kain khas nusantara, emang seru banget untuk kita bahas dan kita pelajari. Seperti kain tenun sumba, lombok, kain batik, dan yang terakhir ini kain lurik dari Jogja. Sebenernya dulu kain lurik ini kurang menarik perhatian kita, karena motifnya yang hanya lurik dan bergaris-garis seperti kain sarung biasa. Dan motif kain bergaris itu juga udah banyak banget kita temui di toko-toko kain yang ada di Beringharjo atau di sepanjang jalan Kusumanegara daerah Tamansiswa.

Kain lurik yang asli ditenun udah jarang banget, bahkan para pengrajin kain tenun sudah banyak yang gulung tikar karena permintaannya yang sedikit. Kalau kita lihat fenomina ini agak membuat kita sedih ya, itu adalah kain khas di negara kita, di Indonesia. Dan kain-kain tersebut adalah ciri dan identitas tersendiri bagi kita, bahkan sebenernya kalau di mancanegera, kain-kain khas seperti ini justru dicari dan harganya biasanya sangat mahal. Tapi permintaan dalam negeri sendiri masih sangat sedikit, padahal kain lurik ini bisa menghidupi masyarakat sekitar yang menjadi pengrajin tadi.






Nah mulai tahun 2016 kemarin, dimana bisnis Fashion Design mulai meroket, aku akhirnya mengenal brand Lulu Lutfi Labibi. Ini adalah brand kain lurik, yang didesain oleh orang asli Jogja yang tinggal di Kotagedhe, namanya Lulu Lutfi Labibi. Nama bajunya emang disamain dengan nama aslinya, senengnya ya punya nama unik dan menjual banget hehe. Kain lurik emang dibuat di Kotagedhe, disana banyak banget pengrajin kain lurik dari metode ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), sampe yang ke ATM (Alat Tenun Mesin). Yang ditenun dengan tangan atau dikenal dengan metode ATBM tadi, harganya jauh lebih mahal daripada yang ditenun dengan mesin. Hasil tenun tanpa mesin ini juga biasanya ada serta yang terlihat menonjol yang kalau orang tidak tau, itu seperti kain yang cacat produksi. Tebal kain yang dibuat dengan metode ATBM ini jauh lebih tebal dari yang pake mesin. Untuk yang dibuat dengan mesin, kainnya lebih rapi dan lebih tipis. Cuma untuk ke-khas an kain tenun emang lebih ke yang ditenun manual.

Waktu pulang ke Jogja, aku menyempatkan untuk main ke Studio Lulu Lutfi Labibi yang ada di Kotagedhe. Studionya sebenernya tempatnya agak masuk di gang-gang. Nuansa studionya juga asri dan nyaman banget, bener-bener menonjolkan sisi kearifan lokal. Disitu juga Lulu tinggal, di rumah jawa yang bentuknya masih tradisional. Untuk masuk ke butiknya kita juga lewat pintu kayu jadul seperti yang ada di rumah nenekku dulu.













Sejak diperkenalkan oleh Lulu, kain lurik menjadi terkenal dikalangan artis papan atas. Kebanyakan yang aku lihat Dian Sastro dan Putri Marino yang pake. Selain itu juga masih banyak artis lainnya yang suka dengan desain Lulu ini. Kain lurik yang cuma motif garis-garis, bisa disulap menjadi busana Ready to Wear yang stylish, tapi tidak meninggalkan pakem-pakem busana nasional. Buat kalian yang cinta kain nusantara tapi tetap terlihat stylish gayanya, baju Lulu ini sangat cocok untuk kalian.

Desain busana yang dibuat menggunakan teknik Drapping, dimana kain-kain tadi hanya dilipat-lipat kemudian dijahit kecil agar menyatu. Teknik seperti ini sangat terkenal di Jepang, dan banyak designer di Indonesia menggunakan teknik drapping dalam desainnya. Dalam pakem kain tradisional, bahkan satu helai kain itu tidak boleh digunting sama sekali. Hal ini juga bisa jadi Pe Er tersendiri untuk para Designer.
















Sepulangnya dari Studio Lulu Lutfi Labibi, kita mampir di tempat makan yang lagi terkenal di daerah Bantul. Nama tempatnya agak aneh sih, Bocor Alus :|

Ini ternyata kafe, menu-menunya standar sih seperti yang ada di kafe-kafe lainnya. Terus konespnya juga jadul gitu, seperti kafe tahun 80 an. Sering sih aku ke kafe yang nuansanya oldish gini, agak kurang suka aja sebenernya hahaha. Tapi karena diajak temen kesini ya udah ngikut aja.

Bentuk desain interiornya seperti rumah simbah-simbah jaman dulu, dinding kayu dan langit-langit masih full genteng dengan kayu sebagai penyangga rumah. Teko-teko dari alumunium, terus piring dari alumunium juga, dan ada Televisi jaman dulu.
















You May Also Like

0 komentar