Pengalaman Pertama di Kuret

Assalamualaikum,

Setelah menikah dengan suamiku pada 26 maret 2017 lalu, tentu saja momen yang paling ditunggu adalah punya anak. Namun ga semua bisa langsung dikasih amanah seorang anak setelah menikah. Termasuk aku dan suamiku yang harus menunggu walaupun itu cuma 6 bulan :) Sebenernya ga cuma aku dan suamiku saja yang harus menikmati momen "menunggu" sang buah hati, tetapi banyak pasangan lain di luar sana yang juga menantikan hadirnya buah hati untuk melengkapi kehidupan rumah tangga.

Selama kurang lebih 6 bulan, akhirnya aku dan suami diberi amanah oleh Allah SWT calon bayi yang ada dalam kandungan. Waktu itu aku terlambat haid selama 7 hari, dan setelahnya aku penasaran untuk cek ke dokter karena aku tipe wanita yang alhamdulillah selalu haid secara teratur. Jadi setelah terlambat selama 7 hari (menurutku cukup lama), aku dan suami melakukan testpack. Dan perasaan kami berdua sangat senang waktu itu, walaupun suami agak kaget karena ini pertama kalinya dia merasa menjadi calon ayah. Hehehe.

Satu minggu setelah testpack, aku dan suami kemudian check up ke dokter kandungan di RSIA Bunda Aliya. Aku direkomendasikan oleh temen-temen kantorku yang udah pengalaman hamil untuk melakukan check up di dokter Siti. Jadilah kita berdua dateng kesana.

Saat di USG, janinnya dalam keadaan sehat dan bagus karena janin ada di dalam kantong rahim (ada kasus dimana janin berada diluar kantong rahim jadi harus dikuret). Waktu itu ukuran janinnya masih 0,49 cm dengan usia kandungan 5 minggu. Aku juga sempat kaget karena baru terlambat haid 2 minggu tapi usia kandungan sudah 5 minggu. Ternyata cara menghitung usia kandungan itu dihitung sejak tanggal ovulasi, yaitu 14 hari setelah haid bulan sebelumnya.

Sejak tau aku hamil, aku mulai menjaga pola makanan. Mengurangi makanan yang banyak mengandung MSG, makanan yang diolah dengan cara dibakar seperti sate atau steak, dan dilarang makan durian oleh dokter karena dikhawatirkan dapat mengganggu petumbuhan janin. Aku juga diberi vitamin oleh dokter yang harus rutin diminum setiap hari walaupun aku terkadang suka melewatkan minum vitamin ini.

Namun Allah ternyata berkehendak lain. Tiga minggu setelah check up kandungan, aku mengalami flek yang cukup banyak. Aku sempat kaget tapi santai juga karena ini bisa jadi hal yang wajar saat hamil karena adanya proses pembuahan dalam rahim. Hari berikutnya flek tidak kunjung hilang dan justru semakin banyak. Akhirnya aku memutuskan untuk ke dokter kandungan lagi walaupun jadwalnya sebenernya juga masih minggu depan.

Sesampainya di rumah sakit, ternyata dokter Siti sudah pulang karena jadwalnya hanya sampai jam 3 sore pada hari itu. Jadilah aku ke sembarang dokter SP.OG saja karena sudah was-was dengan kondisi janin bagaimana. Setelah satu jam antri karena sore itu cukup ramai, ditambah aku memakai asuransi kesehatan dari kantor, akhirnya tiba saatnya untuk pemeriksaan. Dokter yang menangani adalah dokter Alesia. Dan ketakutanku semakin bertambah ketika dokter melakukan USG dan janinnya tidak kelihatan. Akhirnya USG dilakukan lagi tapi melalui (maaf) vagina, atau biasa disebut dengan USG transvaginal. Pada saat USG pun hasilnya juga sama janin masih tidak terlihat dan aku divonis Blighted Ovum (hamil kosong). Sore itu rasanya menjadi hari yang berat bagiku, ditambah suami saat itu tidak ikut periksa karena ada pekerjaan.




Aku mengabari berita ini ke beberapa teman dekatku, dan mereka support banget dan tetap memberi semangat serta memberi nasehat untuk melakukan second opinion. Karena kata mereka belum tentu pendapat dari dokter yang pertama itu bener. Aku juga terus googling tentang pengalaman orang dikuret supaya ada bayangan nanti bagaimana jika aku benar-benar dikuret. Malem itu suami juga terus menghibur dan memberi semangat serta support supaya aku tidak down. Di saat seperti ini memang dekat dengan orang tersayang yang membuat kita tetap kuat.

Pagi harinya kita ke dokter Siti setelah janjian sebelumnya untuk melakukan second opinion. Tapi hari itu kita udah pasrah dan ikhlas dengan hasil yang akan kita terima nantinya. Karena apapun yang terjadi sudah menjadi kehendak Allah SWT dan kita sebagai manusia harus bisa menerima dengan lapang dada. Dan dokter Siti juga mempunyai opini yang sama, hanya saja vonisnya bukan BO (Hamil Kosong), tetapi janin yang tidak berkembang karena pada saat pemeriksaan awal janin sudah terlihat dengan ukuran kecil. Usia kandunganku seharusnya sudah 9 minggu, tapi saat USG yang terlihat masih kantong dan usianya 6 minggu. Detak jantung juga belum ada padahal usia 9 minggu seharusnya sudah ada detak jantung. Akhirnya kami dengan lapang dada harus memilih untuk di kuret segera ke esokan harinya karena menunda-nunda proses kuret juga tidak bagus untuk rahim.

Kuret itu sebenernya istilah dari kuretase, yang berarti nama sebuah alat untuk membersihkan lapisan dinding rahim yang menebal karena pembentukan jaringan bayi (janin). Kuret juga bisa dilakukan untuk wanita yang mengalami keguguran atau setelah melahirkan juga. Intinya kuret itu proses yang sangat penting supaya sisa jaringan yang menempel dapat dibersihkan dan tidak menimbulkan penyakit atau kanker. Nah setelah tau penjelasan ini, aku jadi mantap untuk melakukan kuret. Ada alternatif lain selain kuret sebenernya jika kalian merasa takut, yaitu dengan obat. Biasanya obat ini diberikan dokter selama 5 hari dan akan terjadi rasa mules yang luar biasa selama lima hari tersebut karena proses pengguguran janin. Akan tetapi alternatif ini ada kelemahannya, yaitu janin bisa benar-benar bersih atau akan meninggalkan sisa yang ujung-ujungnya akan dikuret juga.

Di RSIA Bunda Aliya ada pilihan jenis perawatan untuk kuretase, ada yang one day care yang sehari selesai dan bisa langsung pulang, ada yang harus dirawat inap. Dan ini tergantung dengan pilihan pasien serta kondisi pasien sendiri. Dan setelah didiskusikan dengan suami, kita pilih one day care saja.



Hari Jum'at pagi jam 6 aku dan suami sudah sampai di rumah sakit dan melakukan proses administrasi. Selanjutnya aku dibawa suster untuk ke ruang bersalin dimana proses kuret berlangsung. Tahapan pertama adalah pengambilan sample flek atau darah, infus suntik, dan cek darah. Selanjutnya diberikan obat untuk membuka mulut rahim supaya alat kuret mudah dimasukkan ke rahim. Dan disinilah rasa sakitnya proses kuret, walaupun sakitnya masih bisa ditahan tapi durasinya cukup lama. Sekitar 3 jam setelah minum obat aku mengalami pendarahan hebat, yang mana ini merupakan fungsi obat tadi. Setelah dicek oleh dokter, ternyata mulut rahimku masih belum cukup lebar bukaannya dan harus diberikan tambahan obat dimana rasa mulesnya lebih hebat lagi. Akhirnya sore pukul 3 aku melakukan proses kuret dengan bius total.

Ini juga menjadi pengalaman bius totalku yang pertama. Karena selama 25 tahun usiaku tidak pernah mengalami sakit sampai harus dioperasi. Selama menunggu proses kuret, aku juga menyempatkan diri untuk searching pengalaman dibius. Dimana beberapa orang mengatakan tidak sadarkan diri seperti tidur, ada yang merasakan ada cahaya putih-putih di mata dan tidak bisa merasakan apa-apa.

Saat mulai disuntikkan obat bius di punggung tanganku (sebelumnya sudah disuntik jalan masuk obat bius), aku mulai merasa ada di dunia lain hehehe. Yang aku lihat terakhir kali adalah dokter Siti saat membersihkan darah di (maaf) vagina. Saat dalam pengaruh obat bius, pikiran bawah sadarku masih bangun yang artinya kita tidak seperti orang tidur yang tidak merasakan apa-apa. Saat dibius pikiranku terasa melayang-layang di awan putih dan hanya aku saja yang ada disitu. Rasanya juga seperti dua sampai tiga hari aku tak sadarkan diri. Sampai aku menjadi lelah dan ingin semua ini selesai. Beberapa saat kemudian aku mulai bisa membuka mata walaupun masih agak samar-samar. Dan kulihat tirai ruang operasi serta suamiku disana. Aku masih tidak percaya bisa melihat suamiku dan kucoba untuk menggerakkan tangan tapi tidak bisa. Karena rasa ketakutanku, aku selalu beristighfar dan bersyahadat, rasanya memang seperti orang yang akan kehilangan nyawa dan bertemu dengan yang maha kuasa.

Beberapa menit kemudian aku sadar dan mulai bisa berkomunikasi dengan suami. Memang selama setengah jam pikiranku masih dalam pengaruh obat bius sehingga bicaraku memang terasa ngelantur. Kadang suamiku juga sampai ketawa-ketawa mendengarkan aku ngomong terus yang mungkin tidak ada faedahnya hahaha. Akhirnya sejam kemudian, aku bisa bangun dan dibolehkan makan oleh suster yang merawat.

Alhamdulillah proses kuretase selesai hanya selama 15 menit dan tidak merasakan sakit. Hanya saja akan mengalami pendarahan selama 7 hari seperti nifas. Dan itu normal menurut dokter. Setelah 3 jam proses pemulihan diruang pasien, aku sudah merasa baikan dan siap untuk kembali ke rumah. Pengalaman ini menjadi pembelajaran bagiku dan juga suami. Next time jika kita ingin punya anak, harus diprogram supaya janin sehat. Asupan nutrisi untuk calon bayi juga harus dijaga supaya tumbuh kembangnya juga bagus.


Foto ini diambil oleh temenku waktu jenguk ke rumah sakit. Sekitar 2 jam setelah kuret selesai.

Semoga postingan ini bermanfaat ya, dan semoga kita diberikan oleh Allah rejeki berupa anak yang sholeh dan sholeha serta sehat walafiat. 

You May Also Like

0 komentar